Minggu, 10 Januari 2010

Komunikasi Rab University

Profil Program Studi Ilmu Komunikasi

Ilmu Komunikasi berkembang seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi belakangan ini. Komunikasi yang dulunya ditilik dalam konteks pesan antar manusia, di abad 21 ini komunikasi lebih dimaknai sebagai komoditas dan industri. Untuk merespon perkembangan tersebut, Program Studi Ilmu Komunikasi membuka lima peminatan sebagai berikut:

  1. Peminatan Strategi Humas: menitikberatkan pada kemampuan menguasai bentuk-bentuk komunikasi strategis dan integratif dalam mengelola citra perusahaan atau organisasi nirlaba. Di sini mahasiswa belajar bagaimana mengatasi situasi yang dapat menimbulkan krisis komunikasi, mendesain proses komunikasi yang sesuai dan mengimplementasikannya pada realitas keseharian serta mengevaluasi hasil untuk perbaikan langkah selanjutnya.
  2. Peminatan Advertensi Kreatif: merupakan peminatan periklanan yang lebih berfokus pada pengembangan teoritis dan praktis pada departemen kreatif advertensi.
  3. UKM Jurnalistik adalah suatu Unit Kegiatan Mahasiswa Polman Astra yang mencintai dunia Jurnalistik. UKM ini tidak hanya bergerak di bidang jurnalistik saja, dalam UKM ini Mahasiswa juga dapat belajar tentang Photographi, Design, dan juga penulisan jurnalistik. Banyak kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh UKM Jurnalistik.
  4. Peminatan Penyiaran: merupakan peminatan yang menyiapkan sumber daya manusia yang siap pakai untuk kebutuhan industri televisi dan radio maupun rumah produksi (production house).
  5. Peminatan Kajian Media: merupakan peminatan yang bertujuan untuk menghasilkan analis-analis media yang kritis dan kompeten untuk menggeluti bidang-bidang seperti riset-riset komunikasi, litbang ataupun riset kampanye politik melalui media massa.

Kurikulum dan Metode Pengajaran

Kurikulum disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menstimulasi kreativitas mahasiswa dalam bidang komunikasi. Kurikulum diawali dengan mata kuliah pengetahuan dasar yang relevan dengan Ilmu Komunikasi serta


Mata kuliah aplikasi dari teori-teori.
Nama dan Asal Perguruan Tinggi Para Pengajar:

Fatmawati, S.IP. MM(UGM)

MM. M.Yasir, M.Si.

Toni Hartono, M.Si

Nurjanah, M.Si

Hasan Basril, SS

Harry Yogsunandar, S.IP

M. Ridho ZA, M.Com

dll.


cara gampang buat ice cream


Bahan Dasar
475 ml Sahne (cream/kepala susu)
125 ml Susu cair (atau bisa juga santan kelapa)
4 butir telur
100 ml gula (lebih bagus lagi kalau feiner Zucker / gula halus)
1 sendok teh vanilli
Rasa
Terserah Anda (apokat, coklat/Blockschokolade, Erdbeer/strawberry, pisang, etc.).
contoh : 1 buah apokat
Alat
blender
freezer / Gefrierfach, Gefriertrühe
panci kecil
wadah es krim
kompor

Cara Pembuatan
Adonan 1
Apokat diblender, kemudian ditaruh ke dalam panci. Masukkan Sahne dan susu/santan. Seluruhnya dipanaskan pelan-pelan sambil terus diaduk (Elektroherd : angka 2). Jika sudah panas (gelembung udara mulai naik), panci diturunkan.
Adonan 2
Telur (kuning+putihnya), gula, dan vanili diblender (dikocok). Lalu dituangkan ke dalam panci berisi adonan 1.

Semuanya kemudian dipanaskan lagi, sambil diaduk terus hingga mengental.

Setelah kental, dituangkan ke dalam wadah es krim (rantang atau sejenisnya) ditaruh ke dalam kulkas (Kühlschrank) selama 3-4 jam.

Setelah itu dipindahkan ke dalam freezer (Gefrierfach), setiap 1 jam diaduk, supaya tidak terjadi pengkristalan es. Setelah 3-4 kali pengadukan ( = 3..4 jam) menurut pengalaman tidak perlu lagi diaduk. Jika es krim yang jadi terlalu keras/liat, sebaiknya 10 menit dikeluarkan sebelum disantap.

Selamat Mencoba

Sabtu, 09 Januari 2010

Efektifiatas Komunikasi Antarbudaya

A. Efektivitas komunikasi antarbudaya

Tujuan komuniakasi adalah menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.

Secara umum, tujuan komunikasi antarbudaya adalah untuk menyatakan identitas sosial dan menyembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari seseatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya dalam kebudayaan, serta sekedar mendapat hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubahpersepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.

Berbagai pengalamana atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan komunikasi, paling tidak melalui pemahan terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antar budaya timbul hannya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif dalam komunikasi antar budaya.

Setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam komunikasi antar budaya.

Berikut bagan Hubungan antara kesadaran dan kemampuan berkomunikasi antara budaya

1.

SADAR bahwa

TIDAK MAMPU

2

SADAR bahwa

MAMPU

3

TIDAK SADAR

bahwa

TIDAK MAMPU

4

TIDAK SADAR bahwa

MAMPU

Peraga ini menunjukan bahwa efektivitas komunikasi antara budaya itu ditentukan pula apakah setiap individu sadar bahwa ia mampu berfikir, merasakan bahwa seluruh tindakan komunikasi (action of commucation) yang dia lakukan itu berhasil menciptakan komunikasi yang efektif.

Para ahli komunikasi antar budaya mengemukakan berbagai konsep tentang efektifitas komunikasi antar budaya yang meliputi :

  1. kemamapuan seseorang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati secara frofesional sesuai dengan kemampuan dan kompetisi yang dia tampilkan secara prima.
  2. kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara baik, misalnya mampu mengalih bahasakan semua maksud dan isi hatinya secara tepat, jelas dalam suasana bersahabat.
  3. kemampuan seseorang untuk menyesuaikan kebudayaan pribadinya dengan kebudayaan yang sedang dihadapinya meskipun dia harus berhadapan dengan pelbagai tekanan dalam proses adaptasi tersebut.
  4. kemamapuan seseorang untuk memberikan fasilitas atau jaminan bahwa dia bisa menyesuaikan diri atau bisa megelola beragai tekanan kebudayaan laian terhadap dirinya.

komunikasi itu tidak ditentukan hanya karena setiap orang sudah melakukan interaksi, relasi dan komunikasi sesuai dengan peranan (komunikasi). Seorang insinyur, ilmuwan, ahli keuangan, atau manajer telah berkomunikasi dengan orang lain secara propesional sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing, namun apabila para profesional tersebut tidak mampu mengendalikan diri menghadapi tekanan perbedaan antar subkultur berdasarkan profesi, maka komunikasi itu belum efektif. kunci dari efektivitas komunikasi adalah kemampuan seorang komunikator untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi dan komunikasi di antara dua kebudayaan yang berbeda.

B. Aksioma Efektivitas komunikasi antarbudaya

Setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya menginginkan hasil yang efektif. Efektivitas itu tergantung pada sejauh mana orang memahami aksioma-aksioama efektivitas komunikasi antarbudaya.

Apa bila konsep-konsep komunikasi antar budaya di gali lebih dalam maka kita akan menemukan beberapa bentuk atau beberapa modus perilaku komunikasi yang efektif, yaitu:

1. Efektifitas hubungan dan komunksasi antar budaya

Banyak orang menganggap enteng bila terlibat dalam komunikasi antar budaya. Mereka tidak sadar bahwa dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak peluang untuk meraih keuntungan sosial atau ekonomi, namun terpaksa hilang karena kurangnya keterampilan berkomunikasi.

Thibaut dan Kelly (1995) melalui teori pertukaran sosial pernah mengemukakan, banyak orang dalam pergaulan sosial ingin memperoleh ganjaran sosial sebesar-besarnya. Ungkapan basa-basi yang sekedar menyatakan penghargaan terhadap hubungan sosial saja tidaklah cukup. Yang lebih penting adalah motivasi antar pribadi yang ada dibalik hubungan sosial itu sehingga mampu memberikan atribusi bagi pengembangan hubungan sosial dan kepuasan antar pribadi. Jadi, efektivitas komunikasi terletak pada kepuasan seorang untuk melakukan suatu tindakan simbolis tertentu yang menggambarkan tidak hanya maksud atau gagasan melainkan juga motivasi untuk bertindak.

Efektifitas komunikasi antar budaya didahului oleh hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya bukan terjadi sekilas, melainkan terus menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan yang baik dan semakin baik. Kualitas itu mengemuka ketika anda dapat membedakan pengalaman berhubungan antar budaya dengan orang yang berbeda-beda, sehingga anda mengambil keputusan untuk mewujudkan tindakan simbolis tertentu.

2. Efektivitas komunikasi antar budaya dan iklim komunikasi antar budaya yang positif.

Gundykunst (1977) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi antar budaya kerap kali ditentukan oleh iklim komunikasi yang positif. Gundykunst, Wiseman, dan Hammer (1977) sepakat mengatakan bahwa efektifitas komunikasi antar budaya baru terlihat dan teruji dalan suatu kondisi atau iklim yang melibatkan pertemuan antar dua atau tiga orang dari kebudayaan yang berbeda. Jadi benarlah menurut Haris dan Moran (1991) iklim komunikasi merupakan pintu gerbang yang melapangkan proses komunikasi. Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi, sedangkan komunikasi yang negatif akan menghambat fungsi komunikasi. Iklim komunikasi yang positif maupun negatif ditentukan oleh tiga faktor berikut:

1. faktor derajat kognitif

Komunikasi antar budaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan, mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Saya harus mengetahui keberadaan budaya yang menjadi latar belakang kehidupan saya, saya pun harus berusaha untuk mendapatkan dan memahami latara belakang budaya orang lain. Pengetahuan itu diperoleh dari informasi tentang kebudayaan orang lain, pengalaman pergaulan yang terus menerus sehingga pengalaman itu dapat mempengaruhi persepsi dan sikap saya terhadap dia. Dengan kata lain, saya memahami konsep diri saya yang meliputi identitas pribadi dan identitas sosial.

Identitas Pribadi meliputi aspek-aspek yang unik yang saya miliki. Saya melihat diri saya yang ingin membaharui relasi antara saya dengan orang lain. Identitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik. Sedangkan identitas sosial merupakan ciri khas kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya. Aspek kognitif ini demikia penting untuk menghindari harapan-harapan yang negatif dalam pergaulan antar budaya. Ada empat akibat negatif interasi antar budaya:

  1. Betapa orang sering cemas dan takut menampilkan konsep diri (identitas pribadi atau identitas sosial). Orang selalu menyembunyikan ”keaslian”pribadi dan budaya di saat mereka berkomunikasi. Akibatnya orang yang berkomunikasi ragu-ragu dan kurang mengontrol setiap kata yang diucapkan nya, dan mungkin kurang mampu menggunakan isyarat-isyarat non verbal.
  2. orang sering merasa cemas dan takut kalau apa yang dia lakukan berakibata negatif sehingga menggangu relasi dengan orang lain. Sering seseorag takut kalu orag lain akan mengusai atau memanfaatkan diri kita.
  3. adakalanya orang sering merasa cemas dan takut kalau dievaluasi oleh orang lain. Orang pun menjadi cemas dan takut kalau dia ditolak, kurang disukai, kurang dihargai dan lain-laian.
  4. seseorang sering merasa cemas dan takut terhadap evaluasi dari kelompok dia sendiri, akibatnya dia menjadi takut kalu dia dianggap atau dinilai oleh anggota kelompoknya bahwa tampilan dirinya sangat memalukan identitas sosial budaya.

2. Perasaan positif (positif feeling)

Berdasarkan pengalaman kogitif tersebut maka setiap orang yang berkomunikasi antar budaya selalu menghindari prasangka yang terhadap orang lain. Komunikator dalam komunikasi antar budaya perlu memelihara perasaan positf, misalnya perasaan percaya, nyaman, aman, prihatin, dan mengurangi perasaan cemas. Perasaan positif dapat membantu seorang komunikator: pertama, meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan pesan secara terbuka (disclosure). Kedua, kesadaran dan kemampuan untuk berempati antar budaya dalam mengembangkan perasaan yang terlibat penuh dari hati kehati yang memudahkan penyesuaian-penyesuaian antar budaya.

3. Tindakan yang menunjukan kemampuan

ini merupakan dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif, yang kita sebut tingkat perilaku. Jika ingin komunikasi yang positif, maka harus bisa menunjukkan tindakan positif itu dengan verbal dan non verbal. Buktikan bahwa anda mampu mengatakan dan menuliskan sebuah pesan tertentu kepada orang lain, bahwa apa yang dikatakan dan ditulis itu sangat positif mendukung orang lain. Melalui pesan non verbal anda pun harus mampu menunjukkan pesan-pesan melalui tatapan mata dan gerak-gerik anggota tubuh, semua itu mengatakan bahwa anda memeliki perasaan positif. Jadi, iklim positif harus didukung oleh tindakan yang menggambarkan suatu tindakan yang bersumber dari:

a. kebiasaan berperilaku tertentu, misalnya ”script” yakni perilaku yang otomatis, baik sebagai pernyataan atas identitas pribadi maupun identitas kelompok budaya.

b. Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan, bahwa apakah suatu tindakan komunikasi itu bersifat memberi informasi, memberi intruksi, atau sekedar mengibur atau menyenangkan orang lain.

c. Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki. Jadi ada tindakan simbolis untuk menyatakan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman yang cukup, persepsi dan perasaan yang positif terhadap sesama.

3. Identifikasi variabel komunikasi antarbudaya

Berbagai penelitian komunikasi antar budaya selalu mempersoalkan variabel-variabel komunikator, komunikan, pesan, media, efek, atau umpan balik, serta konteks komunikasi.

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya, adalah seorang yang mengambil inisiatif untuk menyatakan maksud dan isi hatinya terhadap seseorang dari latar belakng budaya yang berbeda. Disamping itu seorang komunikator berusaha memperoleh, mempertahankan, mengembangkan diri dan menyesuaikan dengan komunikasi. Ini berarti mengenai tiga komponen penting bagi penciptaan kompetensi komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antar budaya.

Pesan, yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran, dan gagasan seorang komunikator. Pesan bisa berbentuk verbal dan Non verbal yang dapat dipahami bersama. Pesan-pesan antar budaya itu bisa ditampilkan dalam bentuk bahasa verbal yang dimengerti, isyarat-isyarat non verbal (gerakan anggota tubuh, ruang-ruang jarak dalam budaya masing-masing, serta campuran kata-kata dan gerakan serta suara) antar budaya yang dapat dimaknakan bersama. Pesan juga berbentuk berkomunikasi, tampilan peragaan simbol-simbol pakaian, makanan, rumah, peralatan rumah tangga, tata cara/ kebiasaan, dll.

Media antar budaya yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Media itu bisa merupakan pilihan bentuk komunikasi, cara dan kebiasaan berkomunikasi antarpribadi, antar kelompok, komunikasi publik dan komunikasi massa.

Komunikan yakni sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator.

Efek yaitu bentuk-bentuk dari dampak seperti;

1. Apakah efek itu langsung dan khusus yang mendukung dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan.

2. Apakah pemenuhan itu bersifat pribadi atau kelompok.

3. Apakah pemenuhan itu bentuk waktu sekarang, memenuhi apa yang paling dibutuhkan.

4. Apakah umpan balik itu negatif, positif atau campuran antara positif dan negatif.

5. Apakah umpan balik itu membuktikan adanya pengaruh terhadap emosi antarbudaya.

6. Apakah efek itu bernuansa santai, serius, mudah ditanggapi dan dinamis.

7. Apakah efek itu juga terasa adil dan terpercaya.

Conteks / setting komunikasi antarbudaya, yakni bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda satu sama lain karena peranan dan fungsi unsur-unsur komunikasi.

4. Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolasi

Ada empat faktor yang membentuk keterampilan berkomunikasi antarbudaya,yakni: (1) bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar tentang hakikat interaksi antarbudaya; (2) besikap toleransi terhadap interaksi dan pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua; (3) bersikap empati; dan (4) kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidak pastian dalam interaksi antarbudaya.

C. Bagaimana Menerangkan Efektivitas Antarbudaya

Menurut para ahli, ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya, yakni (1) variabel kognitif dan (2) variabel gaya pribadi; serta (3) variabel-variabel lain.

Variabel Kognitif

Efektivitas komunikasi antarbudaya umumnya dan perilaku antarbudaya khususnya ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, dan pikiran yang membentuk konsep antarbudaya. menurut Ruben (1977), seseorang yang bekerja dalam satu organisasi, melaksanakan komunikasi antarbudaya secara intensif hanya jika dia mempunyai apresiasi terhadap pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian, perhatian terhadap kebudayaan tetaplah penting dalam proses komunikasi antar budaya.

Variabel Gaya Pribadi

Perilaku yang berdasarkan gaya pribadi sering disebut orientasi diri (self-oriented). komunikasi antarbudaya yang berdasarkan orientasi diri dapat mengubah efektivitas komunikasi menjadi komunikasi yang disfungsional. Berikut bentuk gaya pribadi yang sering tampil dalam komunikasi antarpribadi.

Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang unggul. Etnosentrisme dapat mengurangi efektivitas komunikasi antarbudaya.

□ Toleransi, Sikap Mendua dan Keluasan

Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua, karena kita menghadapi dua ketidakpastian kebudayaan, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Keadaan ini sering dijumpai dalam beragam konteks komunikasi yakni, konteks antar pribadi, kelompok, organisasi, publik dan komunikasi massa. Apabila kita menghadapi situasi yang mendua maka kita telah bersikap toleransi terhadap situasi itu.

□ Empati

Kemampuan untuk berkomunikasi antar budaya tergantung atas bagaimana cara kita meletakkan diri dalam kerangka sikap orang lain. Kalau mau menciptakan kerangka itu maka kita telah membuat suatu jaringan untuk menciptakan efektivitas komunikasi antarbudaya. Empati yang dimaksutkan agar mulai mengertikan dan memahami orang lain “dari dalam”, dari kerangka pikir (gagasan yang dia komunikasikan), perasaan dan perbuatan. Tindakan empati dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif dan akurat.

□ Keterbukaan

Keterbukaan pribadi (self flexibility) merupakan faktor penting untuk menciptakan relasi antar pribadi yang maksimum. Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui imformasi tentang diri maupun tentang lawan bicara.

□ Kompleksitas Kognitif

Kompleksitas kognitif mengacu pada kemampuan pribadi untuk mengetahui, dan memahami orang lain. Secara umum dapat dilakukan bahwa kompleksitas kognitif seorang itu berada pada taraf multipleks maka dia akan melihat sesuatu secara lebih luas dan dia mampu memberikan gambaran tentang pelbagai perbedaan tentang apa yang dilihatnya secara mendalam.

□ Kenyamanan Antarpribadi

kita dapat merasa hubungan antarpribadi dalam keadaan nyaman dan tenang jika perasaan itu dikaitkan dengan penyesuaian interaksi antarbudaya dari taraf minimum hingga ketaraf yang maksimum (Norton dan Dodd, 1984). kepercayaan dan interaksi antar pribadi (Tucker and Baier, 1985), berkaitan dengan prinsip efektivitas. Apabila anda merasa tidak nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dengan relasi antarpribadi dalam kebudayaan anda, maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak tenang, dan tidak percaya dalam kebudayaan yang berbeda dengan anda.

□ Kontrol Pribadi

Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat tergantung pada sejauhmana anda mengontrol pribadi terhadap lingkungan sekitar. ada hubungan yang signifikan antara kontrol pribadi dan tampilan pribadi dengan penyesuaian budaya. Temuan itu mempertanyakan bagaimana cara anda memandang kemampuan anda sendiri untuk dapat terlibat dalam proses adaptasi antarbudaya yang pada gilirannya menentukan efektivitas komunikasi antarbudaya.

arbudaya.

□ Kemampuan Inovasi

Inovasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan teknologi baru melakukan sistem sosial suatu masyarakat. Jika konsep inovasi ini dihubungkan dengan difusi (Everet M.Rogers) maka kemampuan inovasi meliputi kemampuan seorang yang kita sebut inovator guna menerima dan menyebarluaskan informasi yang kemudian dengan metode dan teknik tertentu disebarluaskan kesasaran yang dituju.

□ Harga Diri

Harga diri (self esteem) sangat menentukan efektivitas antar budaya. Manakala pertahanan hargadiri itu makin tinggi maka komunikator makin sulit berkomunikasi dengan komunikan, sebaliknya juga, jika perasaan “rendah diri”menyenyelimuti komunikator maka keadaan psikologis itu dapat menghambat komunikasi antarbudaya (Bannett, 1977). Oleh karena itu percaya diri (self confidience) dan inisiatif untuk berelasi dan menyesuaikan diri sangat menentukan efektivitas komunikasi antarbudaya (Tucker dan Baier 1985).

□ Keprihatinan dan Kecemasan Komunikasi

kecemasan komunikasi antarpribadi, kecemasan dalam kelompok, serta kecemasan atas publisitas dapat berdampak atas penyesuaian antarbudaya yang pada gilirannya mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya. semakin tinggi tingkat keprihatinan terhadap komunikasi maka semakin rendah efektivitas komunikasi antarbudaya (Dodd, 1987).

Variabel-Variabel Lain

Yaitu komunikasi antarpribadi, keramahtamahan, motivasi akultulasi, umur, pekerjaan, keanggotaan dalam suatu organisasi, kemampuan berbahasa (Kim, 1977); termasuk memperlihatkan perhatian pada orang lain/ kemampuan interaktif (Ruben, 1977), motivasi positif, harapan positif, kepercayaan yang dimiliki, kemampuan untuk melacu, sikap terhadap minuman keras, komunikasi keluarga (Tucker dan Baier, 1985), tingkat kesamaan atau perbedaan dengan kebudayaan sendiri, kedekatan dengan kebudayaan sendiri (Gundykunst dan Kim, 1984).

D. Adaptasi Perilaku Komunikasi ke dalam Efektivitas Antarbudaya

Ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni (1)agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang –orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, (2)agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya, dan (3) agar tercapai penyesuaian antarpribadi.

Salah satu tujuan hidup bersama adalah berkomunikasi sehingga di antara kita saling mendukung demi pencapaian tugas-tugas yang dikehendaki bersama. Keberhasilan dalam tugas dapat di dukung oleh komunikasi antarbudaya yang dilakukan secara terbuka, berfikir positif, saling mendukung, bersikap empati. Akibatnya adalah kita meningkatkan semangat saling memberi dan menerima perbedaan sesuai dengan prinsip kebudayaan masing-masing.

Manfaat pada aspek relasi adalah bagaimana orang berkomunikasi dengan anda, dapat mengatakan tentang apa yang anda pikirkan, apa yang anda rasakan, apa yang anda lakukan. Beberapa pertanyaan muncul dalam relasi antarpribadi komunikasi antar budaya, misalnya ; apakah mereka suka kepada anda? Apakah anda dapat melanjutkan kerjasama tersebut? memahami dan mengerti tentang kesejawatan, kesetiakawanan merupakan dua faktor yang penting dalam hubungan atau relasi antar pribadi. Dampaknya adalah, kita mencapai salah satu tujuan dari studi komunikasi antarbudaya yakni meningkatkan pengertian dan mengurangi ketegangan antarpribadi-antar budaya.

Sasaran ketiga yang perlu dipahami dalam komunikasi antarbudaya adalah terciptanya penyesuaian antarpribadi.Perlu diketahui bahwa karena mereka yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya sering bergaul dengan frekuensi yang tinggi maka prasangka-prasangka budaya yang sebelumnya telah terbentuk perlahan-lahan berkurang. Jadi anda dengan komunikan memulai suatu proses hidup bersama misalnya menyesuaiakan diri antarbudaya, makin terbuka dengan sesama, dsbg.

Referensi

Dr. Alo Liliweeri, M.S. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya